Go Selengkapnya»
B. otak Albert Einsten.
Albert Einstein adalah fisikawan yang paling terkenal dari abad ke-20. Teori
terobosannya mengenai relativitas umum menjelaskan bagaimana cahaya membelok
karena lipatan ruang dan waktu.
Ketika ilmuwan tersebut meninggal pada 1955 di usia 76 tahun, Thomas Harvey,
ahli patologi yang mengautopsinya, mengambil otak Einstein dan menyimpannya.
Harvey mengiris ratusan bagian tipis jaringan otak Einstein untuk diperiksa
dengan mikroskop dan juga memotret 14 foto otak tersebut dari beberapa
sudut.
Harvey mempresentasikan sebagian penelitiannya, namun tetap merahasiakan foto
tersebut karena ingin menulis buku tentang otak fisikawan tersebut. Tetapi dia
meninggal sebelum bukunya selesai.
Foto-foto tersebut tetap tersembunyi selama beberapa puluh tahun. Pada 2010,
setelah menjalin persahabatan dengan salah satu penulis penelitian yang baru,
keluarga Harvey menyumbangkan foto tersebut ke National Museum of Health and
Medicine di Washington D.C, Tim Falk mulai menganalisis foto-foto tersebut pada
2011.
Lebih banyak koneksi sel otak
Tim tersebut menemukan bahwa secara keseluruhan, otak Einstein memiliki lipatan
yang jauh lebih rumit di bagian celebral cortex, yang merupakan materi berwarna
abu-abu pada permukaan otak dan berperan untuk pikiran sadar. Secara umum,
materi abu-abu yang lebih tebal berhubungan dengan IQ yang lebih tinggi.
Banyak ilmuwan percaya bahwa dengan lipatan yang lebih banyak dapat memberikan
area permukaan tambahan untuk pemrosesan mental, yang memungkinkan lebih banyak
koneksi antara sel-sel otak, kata Falk. Dengan lebih banyak koneksi antara bagian
yang jauh dari otak, seseorang akan mampu membuat lompatan mental, dengan
menggunakan sel-sel otak yang letaknya berjauhan tersebut untuk memecahkan
beberapa masalah kognitif.
Prefrontal cortex, yang memainkan peranan penting untuk pemikiran abstrak,
membuat prediksi dan berencana, juga memiliki pola lipatan yang luar biasa
rumit pada otak Einstein.
Mungkin hal tersebut telah membantu sang fisikawan dalam mengembangkan teori
relativitas. "Einstein berpikir soal percobaan saat ia membayangkan dirinya
menyusuri seberkas cahaya, dan itu persis merupakan bagian otak yang diduga
membuat seseorang menjadi sangat aktif" dalam eksperimen rumit semacam
itu, ujar Falk kepada LiveScience.
Selain itu, lobus oksipitalis dari otak Einstein, yang melakukan proses visual,
menunjukkan lipatan tambahan.
Lobus parietalis bagian kanan dan kiri juga tampak sangat asimetris, ungkap
Falk. Tidak jelas hubungan antara bagian tersebut dan kejeniusan Einstein, tapi
bagian otak tersebut adalah kunci untuk tugas-tugas spasial dan penalaran
matematika, tambah Falk.
Para peneliti masih belum mengetahui apakah otak Einstein sudah luar biasa
sejak lahir atau karena ia menggali fisika selama bertahun-tahun yang
menyebabkan otaknya menjadi sangat spesial.
Falk yakin keduanya memainkan peran penting dalam kejeniusan Einstein.
"Entah itu alami atau dipupuk," katanya. "Ia lahir dengan otak
yang sangat baik, dan dia memiliki berbagai pengalaman yang memungkinkan dia
untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya."
Tapi sebagian besar kemampuan baku Einstein mungkin didapatnya secara alami
bukan dari hasil kerja kerasnya seumur hidup, kata Sandra Witelson, dari
Michael G. De Groot School of Medicine at McMasters University yang telah
melakukan penelitian di masa lalu mengenai otak Einstein. Pada 1999, karyanya
mengungkapkan bahwa lobus parietalis bagian kanan Einstein memiliki lipatan
ekstra, yang didapatkan dari gen orangtuanya atau terjadi ketika Einstein masih
dalam kandungan.
“Otak tersebut berbeda bukan sekadar dari ukuran yang lebih besar atau kecil,
namun juga polanya,” ungkap Witselon. “Anatomi otaknya sangat unik jika
dibandingkan dengan setiap foto atau gambaran otak manusia yang pernah ada.”
Informasi ini didapat dari Tia Ghose, Staf Penulis
LiveScience | LiveScience.com
Ini foto otaknya Albert ->
Posted by : Unknown on : With
0Coments