Repost: Dilarang bawa apapun -Tere Liye-

| Rabu, 22 Mei 2013
*Dilarang bawa apapun ketika mati

Ada sebuah taman bermain yang indah. Penuh dengan tumpukan cokelat lezat, minuman bergizi nan nikmat, juga tentu saja mainan2 keren yang bisa digunakan, diambil semaunya. Gratis. Semua anak2 suka bermain di sini. Karena terkenalnya taman bermain ini, maka tidak semua anak boleh masuk sekaligus, harus diantri satu rombongan demi satu rombongan. Panjang mengular antriannya.

Peraturan taman ini simpel, silahkan makan dan minum sepuasnya, silahkan bermain sepuasnya, gunakan apa saja yg ada di taman. Tapi saat jam bermain habis, yaitu tiga jam, maka anak2 harus keluar dari taman. Meninggalkan apapun, tidak ada yang boleh dibawa pulang. Simpel sekali bukan?

Nah, katakanlah pada rombongan hari itu, ada anak, bernama Agus, masuk bersama belasan anak lainnya. Senang bukan kepalang Agus bisa masuk taman. Dia sudah mengantri berhari-hari. Maka, saat pintu taman dibuka, dia puas2in minum, makan, dia puas2in bermain, bahkan dia mengumpulkan semua jenis makanan, semua jenis minuman, dia tumpuk bersama mainan yg dia inginkan, hingga lupa bermain dan bercengkerama dengan anak2 lain.

Tiga jam berlalu, sudah banyak sekali benda yg dikumpulkan Agus, tertawa senanglah dia, tidak peduli kalau dia adalah anak satu2nya yang tidak mengenal anak lain, saling bermain. Teng tong! Waktu bermain habis. Agus dan teman-temannya harus keluar. Apa yang terjadi? Agus menangis kencang, petugas melarangnya membawa keluar apa yang telah dia kumpulkan. Agus merengek, marah2, protes, tapi peraturan adalah peraturan. Duhai, sia-sia sudah apa yg telah dia lakukan, tidak ada satupun makanan dan minuman lezat yg bisa dia bawa, juga tidak mainan2 yg keren.

Nah, begitulah dunia ini. Sama persis.
Apakah kita adalah Agus, anak kecil yang terlalu sibuk mengumpulkan harta benda? Hingga lupa esensi kehidupan? Apakah kita seperti Agus, yang tidak puas-puasnya menumpuk keinginan? Hingga lupa sebuah peraturan kecil: "dilarang bawa apapun ketika mati".

Pikirkan dan renungkan sambil tersenyum lega.

-Tere Liye-

Repost: kristiananadewi.blogspot.com

0 Coments:

Posting Komentar

Next Prev
▲Top▲