I.
Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Sejarah tak
ubahnya kacamata masa lalu yang menjadi pijakan dan langkah setiap insan di
masa mendatang. Hal ini berlaku pula bagi kami
untuk tidak hanya sekedar paham sains tapi juga paham akan sejarah
peradaban dunia di masa lalu untuk menganalisa dan mengambil ibrah dari setiap
peristiwa yang pernah terjadi.
Seperti yang kita ketahui setelah adanya peradaban-peradaban
dimasa lalu yang membuat kita terpukau melihatnya sekarang, dan dalam makalah
ini akan menyajikan sedikit tentang peradaban lembah sungai shidu (indus). Yang
konon dikatakan sudah sangat maju.
I.
Pembahasan
Peradaban Lembah Sungai Shindu (indus) daerah Jazirah India terletak di Asia Selatan. India
juga disebut Anak Benua Asia karena letaknya seolah-olah terpisah dari daratan
Asia. Di utara India terdapat Pegunungan Himalaya yang menjulang tinggi.
Pegunungan Himalaya menjadi pemisah antara India dan daerah lain di Asia. Di
bagian Barat pegunungan Himalaya terdapat celah yang disebut Celah Khaibar.
Sejak 4.500 tahun yang lalu masyarakat yang hidup di
lembah Sungai Indus telah memiliki organisasi kemasyarakatan yang sangat
tinggi. Cikal bakal peradaban India ini dikenal dengan sebutan peradaban lembah
Sungai Indus. Secara geografis, kawasan ini meliputi negara Pakistan dan India
bagian barat, rangkaian pegunungan Himalaya dan pegunungan Hindu Kush yang
melindungi penduduk lembah Sungai Indus dari serangan bangsa asing.
Satu-satunya jalan bagi para pendatang untuk memasuki
kawasan lembah Sungai Indus adalah melalui celah Khyber. Adapun bagi masyarakat
lembah Sungai Indus untuk berhubungan dengan negara-negara asia barat daya dan
Cina adalah melalui jalan laut, karena kawasan ini berhadapan langsung dengan
Laut Arab dan Samudra Hindia.
Penelitian
tentang peradaban India kuno dilakukan oleh para arkeolog dari Inggris. Pada
tahun 1921, arkeolog Inggris bernama Sir John Marshall menemukan reruntuhan dua
kota kuno yang sangat indah dan rapi. Dua kota ini dikenal dengan nama Mohenjo
Daro dan Harappa. Dari reruntuhan dua kota ini, para ahli sejarah dapat
menggambarkan berbagai segi kehidupan masyarakat lembah sungai Indus.
A. Peradaban Lembah Sungai Shindu
(Indus)
Penemuan
peradaban di sungai India kuno, berawal pada abad ke-19 (tahun 1870), dan mulai
dieksplorasi oleh bangsa Inggris. Hingga sekarang, penggalian kebudayaan sungai
India kuno tidak pernah berhenti, bahkan menemukan lagi sebuah aliran sungai
kuno lainnya, pada dua sisi aliran sungai kuno ini tidak sedikit ditemukan juga
peninggalan kuno lainnya.
Di abad 20,
awal tahun 1980-an, Amerika dan Pakistan membentuk Lembaga Arkeologi
Amerika-Pakistan, dan dengan demikian pekerjaan arkeologi semakin maju.
Munculnya
peradaban Harappa lebih awal dibanding kitab Veda, saat itu bangsa Arya belum
sampai India. Waktunya adalah 2500 sebelum masehi, bangsa Troya mendirikan kota
Harappa dan Mohenjondaro serta kota megah lainnya didaerah aliran sungai India.
Tahun 1500 sebelum masehi, suku Arya baru menjejakkan kaki di bumi India Kuno.
Asal mula
peradaban India, berasal dari kebudayaan sungai India, mewakili dua kota
peninggalan kuno yang paling penting dan paling awal dalam peradaban sungai
India, yang sekarang letaknya di kota Mohenjodaro, propinsi Sindu Pakistan dan
kota Harappa dipropinsi Punjabi.
Menurut penentuan karbon 14, keberadaan kedua
kota ini seharusnya adalah antara tahun 2000 hingga 3000 sebelum masehi, lagi
pula kota Harappa mengekskavasi perkakas batu 10 ribu tahun lampau. Luasnya
kurang lebih 25 km persegi.
Awal abad
ke-20, arkeolog Inggris Marshell mengekskavasi kota kuno Mohenjondaro dan Hara.
Hasilnya tingkat kesibukan dan keramaian kedua kota tersebut membuat Marshell
terkejut. Ini adalah bekas ibukota dua negara merdeka pada jaman peradaban
sungai India antara tahun 2350-1750 sebelum masehi, penelitian lebih lanjut
menghasilkan perhitungan, dua kota masing-masing terdapat sekitar 30 hingga 40
ribu penduduk, lebih banyak dibanding penduduk kota London yang paling besar
pada abad pertengahan.
Kota dibagi 2 bagian yaitu kota pemerintahan dan kota
administratif. Kota administratif adalah daerah pemukiman, tempat tinggal yang
padat dan jalan raya yang silang menyilang, kedua sisi jalan banyak sekali toko
serta pembuatan barang-barang tembikar.Kota pemerintahan adalah wilayah istana
kerajaan.
Fondasi
bangunan yang luas membuat jarak terhadap penduduk, pagar tembok yang tinggi
besar disekeliling dan menara gedung mencerminkan kewibawaan Raja. Sistim
saluran air bawah tanah yang sempurna dengan menggunakan bata membuat kehidupan
kota manusia sudah berubah menjadi nyata.
Puing-puing
menunjukkan Harappa merupakan sebuah kota yang mempunyai rancangan bangunan
disekeliling ruang lingkup tertentu, kurang lebih menggunakan bahan yang sama,
segalanya sangat teratur, bahwa pada tahun 3000 sebelum masehi, orang-orang
membangun kota dengan skala yang sedemikian, memperlihatkan tingginya peradaban
mereka.
Kedua kota ini hilang pada tahun
1750 sebelum masehi, kira-kira dalam waktu 1000 tahun kebelakang, didaerah
aliran sungai India tidak pernah ada lagi kota yang demikian megahnya, namun
pada 500 tahun lampau, ketika bangsa Arya datang menginvasi, kebudayaan Harappa
sudah merosot.
Sejarah
peradaban India kuno lalu menampakkan suatu kondisi patah, hingga muncul
kerajaan baru pada abad ke-6 sebelum masehi, peradaban kota baru jaya kembali
di aliran sungai India. Perkembangan peradaban tinggi India kuno terhadap
bangkit dan musnahnya budaya Harappa, telah menambah sebuah misteri pada
peradaban India.
B. Sistem
yang dijalankan masa peradaban lembah sungai shindu (Indus)
1.
Sistem Pemerintah
Berdasarkan penelitian, di kota Mohenjo Daro dan
Harappa ditemukan benteng yang mengelilingi kedua kota tersebut. Kota Harappa
dikelilingi benteng sepanjang 450 meter dan di sekitar benteng tersebut
dibangun barak-barak untuk tempat tinggal para pasukan. Di dekat barak-barak
tersebut dibangun lumbung-lumbung tempat menyimpan hasil pertanian dengan
ukuran panjang 15 meter dan lebar 6 meter. Dari peninggalan-peninggalan
tersebut para ahli menduga bahwa peradaban lembah Sungai Indus telah
menjalankan sistem pemerintahan yang bersifat theokrasi. Tiap kota dipimpin
oleh pendeta yang berkuasa secara mutlak. Jadi, kedua kota tersebut
diperkirakan telah memiliki pemerintahan pusat.
2. Sistem perekonomian
Sistem perekonomian masyarakat lembah Sungai Indus sangat bergantung pada
pengolahan lahan pertanian di sekitar sungai. Di kawasan ini, petani menanam
padi, gandum, sayuran, buah-buahan, dan kapas. Selain itu mereka juga beternak
sapi, kerbau, domba, dan babi. Selain pertanian dan peternakan, perdagangan
juga merupakan aspek perekonomian penting bagi masyarakat lembah Sungai Indus.
Kelebihan hasil pertanian membuat mereka dapat melakukan perdagangan dengan
bangsa lain terutama dengan penduduk Mesopotamia. Barang dagangan yang
diperjual-belikan masyarakat lembah Sungai Indus adalah barang-barang dari
perunggu dan tembaga, bejana dari perak dan emas, serta perhiasan dari kulit
dan gading.
3.
Sistem
Teknologi
Masyarakat Lembah Sungai Indus sudah memiliki ilmu
pengetahuan dan teknologi, Kemampuan mereka dapat diketahui melalui
peninggalan-peninggalan budaya yang ditemukan, seperti bangunan Kota
Mohenjodaro dan Harappa, berbagai macam patung, perhiasan emas, perak, dan
berbagai macam meterai denganlukisannya yang bermutu tinggi dan alat-alat
peperangan seperti tombak, pedang, dan anak panah.
4. Sistem kepercayaan
Sama halnya dengan sistem
kepercayaan bangsa Mesir dan Mesopotamia, tumbuh dan berkembangnya sistem
kepercayaan masyarakat lembah Sungai Indus selalu berkaitan dengan lingkungan
geografis tempat tinggalnya. Kebudayaan agraris yang dikembangkan masyarakat
lembah Sungai Indus telah melandasi kepercayaan yang mereka anut. Untuk itu,
masyarakat lembah Sungai Indus sangat mengagungkan dan memuja akan kesuburan.
Hal ini terbukti dengan ditemukannya sejenis patung "Dewi Ibu" yang
terbuat dari tanah liat. Patung dewi Ibu dipercayai sebagai perwujudan dari
dewi kesuburan.
Masyarakat lembah Sungai Indus juga menyembah manusia
berwajah tiga dan binatang yang banyak ditemukan dalam cap stempel. Diduga cap
stempel manusia berkepala tiga ini adalah dewa utama mereka yang pada
perkembangan selanjutnya menjadi Dewa Syiwa dalam agama Hindu.
C. Pengaruh
Peradaban lembah Sungai Shindu (Indus) pada Masyarakat Indonesia
Beberapa pengaruh peradaban Lembah Sungai Indus
terhadap kebudayaan dan seluruh aspek kehidupan bangsa Indonesia antara lain
sebagai berikut :
- Pembakaran dupa dan kemenyan ketika akan
melakukan upacara.
- Keyakinan tentang zimat atau benda yang mempunyai
kesaktian tertentu.
- Keyakinan pada batara kala, upacara ruatan.
- Pengagungan pada cerita Ramayana dan Mahabharata
dalam cerita wayang.
- Upacara wedalan (hari lahir), sekaten,
penanggalan Hindu, hari pasaran, perhitungan wuku, dan upacara-upacara
setelah kematian seseorang.
- Banyaknya
kata-kata dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Sanskerta dan
Pali.
- Olahraga
pernapasan, yaitu yoga.
- Islam yang berkembang di Indonesia berasal dan dipengaruhi budaya
India. Hal itu dibuktikan dengan melihat hal-hal berikut:
Batu
kubur atau nisan Sultan Malik As Saleh terbuat dari batu marmer yang memiliki
corak yang sama dengan yang ada di India pada abad ke-13, relief yang terdapat
dalam makam Sultan Malik As Saleh memiliki corak yang sama dengan yang ada di
kuil Cambay India, serta adanya unsur-unsur Islam yang menunjukkan persamaan
dengan India, salah satunya cerita atau hikayat tentang nabi dan pengikutnya
sangat jauh dari cerita-cerita Arab, tetapi malah lebih mirip dengan cerita
dari India.
D. Akhir Peradaban Lembah Sungai Shindu
(Indus)
Beberapa teori
menyatakan bahwa jatuhnya peradaban Mohenjodaro- Harappa disebabkan
karena adanya kekeringan yang diakibatkan oleh musim kering yang amat hebat
serta lama. Atau mungkin juga disebabkan karena bencana alam berupa gempa bumi
ataupun gunung meletus, mengingat letaknya yang berada di bawah kaki gunung.
Wabah penyakit
juga bisa dijadikan salah satu alasan punahnya peradaban Mohenjodaro-Harappa.
Tetapi, satu hal yang amat memungkinkan menjadi penyebab runtuhnya peradaban
Mohenjodaro-Harappa ialah adanya serangan dari luar.
Diduga,
serangan ini berasal dari bangsa Arya. Mereka menyerbu, lalu memusnahkan
seluruh kebudayaan bangsa yang berbicara bahasa Dravida ini. Hal ini
sesuai dengan yang disebutkan pada kitab Weda. Di dalam kitab itu, disebutkan bahwa
bangsa yang dikalahkan itu ialah Dasyu atau yang tidak berhidung.
Dugaan tersebut
didasarkan atas anggapan bahwa orang-orang yang mereka taklukkan adalah
orang-orang yang tidak suka berperang. Hal ini bisa dilihat dari teknologi
persenjataan yang kurang baik, misalnya dari kualitas ujung tombak maupun
pedang mereka.
Bukti-bukti yang lain adalah adanya kumpulan tulang belulang manusia yang
terdiri atas anak-anak dan wanita yang berserakan di sebuah ruangan besar dan
di tangga-tangga yang menuju tempat pemandian umum ataupun jalanan umum. Bentuk
dan sikap fisik yang menggeliat, mengindikasikan adanya serangan, apalagi jika
melihat adanya bagian tulang leher yang terbawa ke bagian kepala, ketika kepala
itu terlepas dari tubuh.
Dari hasil penelitian, juga ditemukan beberapa tempat publik seperti tempat
pemandian umum atau kolam renang dengan panjang 12 meter dan lebar 7 meter
dengan kedalaman 2,4 meter. Beberapa ahli menyebutkan kolam ini kemungkinan
digunakan untuk acara religi.
Bangunan lainnya yang ditemukan pada
peradaban lembah sungai Indus adalah Pillared Hall yang digunakan oleh para
imam sebagai tempat pertemuan. Tempat tersebut merupakan sebuah komplek dimana
di dalamnya terdapat 78 kamar sebagai tempat peristirahatan. Para ilmuwan
meyakini bahwa masih terdapat kota-kota lainnya di peradaban lembah sungai
Indus yang masih belum ditemukan dan masih terkubur.
Sejak 1500 SM,
peradaban Mohenjodaro-Harappa runtuh, tidak lama setelah bangsa Arya itu
memasuki wilayah India lewat Iran. Sejak saat itu, dimulailah masa baru dalam
perkembangan kebudayaan India di bagian utara.